Mengecam Aksi OPM Jadikan Masyarakat Sipil Sasaran Kekerasan



*) Oleh : Matias Tabuni )

Salah satu penyebab utama dari konflik di Papua adalah aksi kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam beberapa tahun terakhir, aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok ini semakin mengkhawatirkan, terutama karena mereka menjadikan masyarakat sipil sebagai sasaran kekerasan. Tindakan brutal ini tidak hanya mengancam nyawa, tetapi juga merusak tatanan sosial dan psikologis masyarakat Papua.

Aksi kekerasan yang dilakukan oleh OPM sering kali menargetkan masyarakat sipil yang tidak bersalah. Mereka menyerang desa-desa, membakar rumah, dan melakukan penyerangan yang menyebabkan trauma mendalam bagi warga. Salah satu insiden yang mengerikan terjadi pada Desember 2018, ketika kelompok OPM menyerang pekerja proyek jalan Trans Papua di Nduga. Serangan brutal ini menewaskan puluhan pekerja yang tengah bekerja untuk membangun infrastruktur yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Papua.

Tidak hanya itu, OPM juga sering kali melakukan penyerangan terhadap masyarakat adat dan pendatang. Mereka menebar ketakutan dengan cara menculik, menyandera, dan bahkan membunuh warga sipil yang tidak bersalah. Pada Februari 2021, seorang pendeta ditembak mati di Intan Jaya, menambah panjang daftar korban sipil akibat kekerasan kelompok ini. Kejadian-kejadian ini menunjukkan betapa rentannya masyarakat Papua terhadap aksi kekerasan yang tidak berperikemanusiaan.

Kepala Kepolisian Daerah atau Kapolda Papua, Mathius Derek Fakhiri mengatakan kekerasan di Papua terus berlanjut. Meskipun sempat ada peralihan fokus aparat pada gelaran pemilihan umum atau pemilu 2024, namun kepolisian akan mengambil langkah tegas. Pihaknya mengajak masyarakat untuk berperan aktif memberikan informasi terkait aktivitas mencurigakan OPM di wilayah masing-masing. Dukungan tersebut sangat dibutuhkan untuk mempersempit ruang gerak OPM dan memutus jalur suplai senjata mereka.
Aksi kekerasan OPM menyebabkan kerusakan infrastruktur yang sangat merugikan masyarakat Papua. Pembangunan yang seharusnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sering kali terhenti akibat serangan kelompok ini. Pembakaran rumah, sekolah, dan fasilitas umum lainnya menyebabkan kerugian materi yang besar dan menghambat proses pembangunan.

Selain itu, kekerasan yang terjadi juga berdampak negatif pada perekonomian lokal. Banyak warga yang kehilangan mata pencaharian karena tempat kerja mereka rusak atau karena situasi yang tidak aman. Para pedagang, petani, dan pekerja lainnya terpaksa meninggalkan kegiatan mereka untuk menyelamatkan diri. Akibatnya, roda perekonomian di daerah-daerah konflik terhenti dan masyarakat semakin terpuruk dalam kemiskinan.

Menghadapi situasi yang semakin mengkhawatirkan ini, pemerintah dan aparat keamanan harus mengambil langkah tegas untuk mengatasi kekerasan yang dilakukan oleh OPM. Penegakan hukum yang ketat dan operasi keamanan yang terukur perlu dilakukan untuk menumpas aksi teror yang mengancam masyarakat. Namun, pendekatan keamanan saja tidak cukup. Diperlukan upaya yang komprehensif untuk menyelesaikan konflik di Papua.

Kapendam XVII Cenderawasih, Letkol Inf Candra Kurniawan mengatakan OPM terus menargetkan warga sipil dalam setiap serangannya. Mereka berdalih dengan menarasikan korbannya merupakan aparat keamanan di media sosial padahal warga sipil sehingga dapat memperburuk situasi. Salah satunya saat OPM menembak mati satu warga sipil di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, pada Kamis 30 September 2024.
Korban bernama Zainul (44) seorang tukang ojek yang disebut OPM sebagai aparat. OPM selalu menginginkan pertumpahan darah dan ingin masyarakat menderita. Oleh karena itu, TNI tetap akan bertindak tegas untuk menjaga dan melayani masyarakat. Pembangunan infrastruktur termasuk pendidikan dan kesehatan harus terus berjalan untuk masyarakat Papua.

Di tengah situasi yang sulit ini, solidaritas dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan. Masyarakat Indonesia perlu bersatu dan menunjukkan empati serta kepedulian terhadap saudara-saudara kita di Papua. Kampanye-kampanye sosial dan bantuan kemanusiaan dapat membantu meringankan beban mereka yang menjadi korban kekerasan.

Sementara itu, media juga memiliki peran penting dalam menginformasikan kondisi yang sebenarnya terjadi di Papua. Pelaporan yang objektif dan empatik dapat membantu meningkatkan kesadaran publik dan mendorong tindakan nyata untuk membantu masyarakat Papua. Selain itu, tekanan dari masyarakat internasional juga dapat membantu mendorong penyelesaian konflik secara damai.

Papua adalah bagian integral dari Indonesia yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Namun, potensi ini tidak akan terwujud jika kekerasan terus terjadi. Semua pihak harus berkomitmen untuk menciptakan Papua yang damai, aman, dan sejahtera. Dengan kerja sama dan upaya bersama, kita bisa mewujudkan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Papua.

Seluruh masyarakat menginginkan agar aksi kekerasan segera berakhir dan masyarakat Papua dapat hidup dengan tenang dan damai. Masyarakat diminta untuk mengecam aksi kekerasan yang dilakukan oleh OPM dan mendukung upaya-upaya untuk menciptakan perdamaian di Bumi Cenderawasih. Dengan harapan dan kerja keras, bisa membawa perubahan positif bagi Papua dan memastikan bahwa setiap warganya dapat menikmati kehidupan yang layak dan bermartabat.

*) Penulis merupakan Mahasiswa Papua Tinggal di Manado

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *