Masyarakat Papua Menolak Keberadaan OPM
Oleh: Petir Dominggus )*
Masyarakat Papua secara tegas menolak keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selama ini dianggap sebagai ancaman terhadap kesatuan dan persatuan Indonesia. Penolakan ini tidak hanya datang dari tokoh-tokoh adat, tetapi juga dari berbagai lapisan masyarakat yang melihat OPM sebagai gerakan yang bertentangan dengan semangat persatuan nasional.
Seperti yang terjadi di Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, OPM sudah beberapa kali berulah dan mengganggu masyarakat setempat. Kelompok OPM yang dipimpin oleh Keni Tipagau tidak hanya menciptakan ketakutan, tetapi juga merenggut nyawa seorang remaja bernama Alexsander Parapak pada akhir April 2024. OPM juga merusak fasilitas umum dengan membakar bangunan sekolah dan mengarahkan serangan ke Polsek setempat.
Ancaman OPM tidak berhenti di situ. Pada bulan Agustus, OPM mengirimkan surat ancaman kepada aparat keamanan di Homeyo, mengklaim akan menyerang pesawat yang mendarat di Bandara Pogapa. Namun, aparat keamanan di bawah Komando Panglima Koops Habema, Brigjen TNI Lucky Avianto, merespons tegas ancaman ini dengan meningkatkan pengamanan di wilayah tersebut. Semua ini dilakukan untuk menjamin stabilitas keamanan serta melindungi perekonomian masyarakat setempat.
Meskipun respons cepat dari aparat keamanan telah meredam gangguan, OPM kembali melancarkan serangan di ujung Bandara Pogapa pada akhir Agustus. Namun, kali ini masyarakat Homeyo menunjukkan keberanian luar biasa. Masyarakat bangkit dan melawan kehadiran OPM, bahkan berhasil mengusir kelompok tersebut dari wilayah Homeyo. Masyarakat setempat, melalui para tokoh masyarakat dan pemuda, menegaskan siap mempertahankan wilayah dari ancaman separatisme, demi menjaga ketenangan dan pembangunan yang sedang berjalan.
Semangat perlawanan masyarakat ini tidak lepas dari pendekatan inklusif yang dilakukan oleh prajurit TNI di Homeyo. Melalui komunikasi sosial yang baik dengan warga, prajurit berhasil menumbuhkan rasa nasionalisme dan keberanian dalam diri masyarakat. Lucky Avianto menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan akan menjadi dorongan positif bagi percepatan pembangunan di wilayah Papua.
Penolakan masyarakat terhadap OPM juga terjadi di Kabupaten Intan Jaya. Kesadaran kolektif ini muncul seiring meningkatnya ancaman dari kelompok OPM, yang berusaha mengganggu stabilitas daerah tersebut. Melalui kerja sama dengan Satgas Yonif 509 Kostrad, masyarakat berhasil menunjukkan bahwa menjaga keamanan bukan hanya tanggung jawab aparat keamanan, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Dalam beberapa insiden, masyarakat Intan Jaya dengan tegas mengusir kelompok OPM yang mencoba memasuki wilayahnya, sebuah bukti nyata dari tekad untuk mempertahankan kedamaian di kampung halaman.
Komandan Satgas Yonif 509 Kostrad, Letkol Inf Dian D Setyadi, mengungkapkan rasa bangganya terhadap masyarakat yang berperan aktif dalam menjaga keamanan di wilayahnya. Sikap proaktif yang ditunjukkan masyarakat Intan Jaya menjadi bukti bahwa bersama aparat keamanan memiliki visi yang sama, yaitu menjaga keamanan dan kedamaian di Papua.
Kerja sama yang terjalin ini menunjukkan sinergi yang baik antara aparat keamanan dan warga dalam menghadapi ancaman dari kelompok separatis, sehingga mampu menciptakan langkah-langkah efektif dalam menjaga stabilitas wilayah. Kondisi ini menggambarkan bagaimana kepercayaan dan kerjasama mampu menciptakan kekuatan dalam menjaga ketertiban dan keamanan.
Salah satu tokoh masyarakat di Intan Jaya, Yoakim Sani, mengungkapkan terkait pentingnya menjaga keamanan kampung yang bukan hanya tanggung jawab aparat keamanan, tetapi juga menjadi kewajiban bersama. Kehadiran Satgas TNI maupun Polri di tengah masyarakat, warga tentu merasa lebih aman dan siap untuk terus mendukung upaya aparat keamanan dalam melindungi kampung dari ancaman. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya kerja sama dan dukungan timbal balik antara warga dan aparat keamanan dalam menjaga ketertiban di suatu wilayah.
Selain perlawanan masyarakat Homeyo dan Intan Jaya, di Papua juga muncul suara penolakan terhadap OPM dari kelompok pemuda. Tokoh pemuda Papua, Paul Ohee menegaskan bahwa OPM kerap menyebarkan propaganda tidak berdasar yang bertujuan untuk memecah belah persatuan bangsa. Paul menekankan bahwa perjuangan OPM untuk kemerdekaan Papua tidak akan membawa kebaikan bagi masyarakat, melainkan hanya memperpanjang penderitaan.
Paul mengajak seluruh masyarakat Papua untuk bersama-sama menjaga kesatuan dan menolak propaganda yang mengancam keutuhan Indonesia. Papua, dengan keunikan budaya dan kekayaan alamnya, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia. Kehadiran OPM tidak mencerminkan keinginan mayoritas rakyat Papua yang lebih menginginkan pembangunan dan kesejahteraan daripada konflik berkepanjangan. Masyarakat juga menyadari bahwa keberadaan OPM hanya akan memperburuk citra Papua di mata nasional maupun internasional, serta menghambat upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan di wilayah tersebut.
Di berbagai wilayah di Papua, masyarakat menunjukkan sikap penolakan terhadap OPM dan berpendapat bahwa masa depan Papua terletak pada kemajuan pendidikan, ekonomi, dan infrastruktur yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah, bukan dengan kehadiran kelompok separatis dan teroris seperti OPM. Justru jalan terbaik untuk mencapai kemajuan adalah dengan menjaga kerukunan dan mendukung program-program pembangunan yang telah dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Papua.
Dengan adanya penolakan luas dari masyarakat, harapan akan terciptanya Papua yang damai dan maju semakin kuat. Masyarakat Papua berkomitmen untuk menjaga kedaulatan negara dan menolak segala upaya yang berpotensi memecah belah bangsa, termasuk keberadaan Organisasi Papua Merdeka.
)* Pemuda Papua / Kontributor Kelompok Bijak Menulis