Oleh: Diani Wulandari
Tokoh agama menjadi garda terdepan dalam melawan penyebaran paham atau ideologi berbahaya yakni radikalisme di tengah masyarakat sehingga tidak sampai terjadi perpecahan yang akan merusak nilai persatuan dan kesatuan Indonesia.
Apabila paham radikalisme tersebut terus berlangsung di Tanah Air, maka tentunya akan sangat membahayakan banyak pihak, termasuk masyarakat sendiri dan juga kondisi stabilitas negara. Sehingga peranan para tokoh agama sebagai garda terdepan menjadi sangat penting.
Karena tanpa ada peranan dari tokoh agama sebagai garda terdepan di tengah masyarakat, maka tentunya kondisi kehidupan antar warga negara di Indonesia menjadi kacau lantaran tidak ada pihak yang mampu menjadi contoh atau teladan baik.
Mengenai pentingnya peranan para tokoh agama untuk membantu masyarakat menangkal serta melawan penyebaran paham radikalisme agar tidak terus berkembang, Wakil Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Fathan Subchi menilai jika peran serta dari para tokoh agama mengalami pengoptimalan, utamanya dalam memberikan informasi lebih awal terkait berbagai ajaran yang berpotensi menyesatkan dan bisa membuat sikap radikal terwujud, maka sangat membantu negara.
Bagaimana tidak, pasalnya apabila para tokoh agama memiliki peran untuk bisa mendeteksi secara sedini mungkin atas adanya potensi pihak tertentu yang menyebarkan paham radikalisme, mereka kemudian menyampaikannya kepada masyarakat sehingga warga meningkatkan kewaspadaannya.
Terlebih, adanya sikap yang radikal dan ekstrem tersebut ternyata sangat membahayakan bagi berjalannya negara serta pemerintahan di Indonesia karena dengan sikap demikian terus memicu orang untuk saling membenci bahkan menyakiti satu sama lain.
Untuk itu, peranan dari para tokoh agama termasuk pengasuh pondok pesantren (ponpes) hingga para penceramah menjadi sangat penting di tengah masyarakat dalam hal menjadi patokan bagi warga untuk membedakan dan memberikan pemahaman akan mana saja ajaran yang sesat atau mana ajaran yang benar.
Sampai saat ini, terus terjadi perkembangan ajaran agama di Indonesia, bahkan terdapat beberapa kelompok tertentu yang terus mencoba untuk menggunakan senjata serta memaksakan kehendak hingga memunculkan banyak hal esktrem. Jelas sekali bahwa seluruh pihak harus bisa memerangi ajaran demikian.
Ajaran radikal biasanya bisa terlihat secara umum, yakni ketika terdapat orang yang pada umumnya suka menyendiri dan cenderung gemar melakukan beberapa tindak atau hal di luar kebiasaan masyarakat.
Apabila terdapat orang atau kelompok yang menunjukkan ciri tersebut, maka sebenarnya upaya terbaik untuk menghadapinya adalah dengan mendekatinya dengan jauh lebih intensif dan secara dialogis.
Prinsip terbaik adalah, dialog merupakan sebuah langkah lebih tepat untuk mencegah akar atau mata rantai penyebaran paham radikalisme daripada dengan menggunakan pendekatan pencegahan secara tindakan.
Untuk itu, keterlibatan para tokoh agama, ulama, dai serta banyak pihak lainnya dalam upaya untuk memerangi penyebaran paham radikalisme dan terorisme manjadi sangat penting karena mereka menjadi garda terdepan dalam mengupayakan adanya pendekatan secara dialogis langsung kepada masyarakat.
Terlebih, memang sangat perlu adanya upaya bersama dalam melakukan pencegahan bahkan sejak dini melalui berbagai ajaran serta pendekatan yang jauh lebih dialogis, serta melangsungkan kampanye secara masif.
Perang untuk melawan penyebaran paham terorisme dan radikalisme merupakan sebuah perjuangan yang sangat panjang serta hendaknya berlangsung secara terus menerus. Dengan adanya upaya pencegahan sejak sedini mungkin melalui berbagai hal seperti diskusi, dialog dan silaturahmi akan mampu membantu semua pihak, termasuk aparat keamanan.
Sementara itu, Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (As SDM Kapolri), Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa terorisme biasanya berlangsung baik oleh perseorangan ataupun secara berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekerasan serta menebarkan teror.
Sedangkan untuk motifnya sendiri bisa dari banyak hal seperti perihal agama, ideologi, memperjuangkan kemerdekaan, membebaskan diri dari ketidakadilan dan adanya kepentingan tertentu lainnya.
Membahas apa tujuan dari aksi terorisme bisa terjadi, yang mana awal mulanya merupakan paham radikalisme, biasanya mereka kebanyakan akan menciptakan ketakutan dan teror, serta bisa juga bertujuan untuk melakukan kekerasan.
Sebagai informasi bahwa terorisme sendiri masuk ke dalam kategori extraordinary crime atau kejahatan luar biasa, sehingga penegakan hukumnya juga wajib dengan cara yang luar biasa pula.
Dari para tokoh agama, sebenarnya merupakan pintu awal dari masuk sekaligus keluarga ajaran radikalisme dan terorisme di Indonesia. Kemungkinan mereka bisa menjadi pintu masuknya paham ekstrem tersebut karena dengan adanya konten bermuatan intoleran yang mereka sebarkan.
Maka dari itu, langkah terbaik yang para tokoh agama bisa ambil adalah, sebagai garda terdepan yang seringkali bersinggungan secara langsung dengan masyarakat, mereka bisa terus menyebarkan hal-hal yang bersifat moderat sehingga warga pun terdidik untuk bisa bersama melawan radikalisme di Indonesia.
*) Pengamat Sosial Budaya
Related Posts
Masyarakat Wajib Bersinergi Cegah Kerawanan Pilkada
- admin kabardaritimur
- 15 July 2024
- 0
Oleh : Vania Salsabila Pratama )* Seluruh elemen masyarakat di Indonesia memiliki kewajiban yang sama, yakni terus menjalin dan memperkuat sinergitas antar sektor, terlebih dalam […]
Menolak Separatisme OPM demi Pembangunan Papua yang Lebih Baik
- admin kabardaritimur
- 20 October 2024
- 0
Oleh : Ester Magai )* Papua, dengan segala kekayaan alam dan potensi besar yang dimilikinya, merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di tengah […]
Luar Biasa! Pidato Perdana Presiden Prabowo Dari Korupsi Hingga Palestina Getarkan Ruang Sidang
- admin kabardaritimur
- 20 October 2024
- 0
Jakarta – Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdana usai dilantik sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia, dalam rapat paripurna MPR, Jakarta, Minggu (20/10). Dalam pidatonya, Presiden Prabowo […]