Oleh: Nana Gunawan *)
Ekonomi Indonesia tetap bertahan di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Keterlibatan yang kuat dari Pemerintah dalam memajukan berbagai sektor telah menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Bahkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 sebesar 5,11 persen (year on year/yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04 persen (yoy).
Sedangkan, tingkat inflasi nasional pada Mei 2024 sebesar 2,8 persen (yoy) yang dinilai masih cukup rendah berdampak terhadap perekonomian Indonesia yang stabil. Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan bahwa inflasi mulai terkendali sejak April 2024 setelah periode tekanan pada harga pangan yang meningkat sejak Desember 2023. Komponen inflasi volatile food yang sebagian besar dipengaruhi oleh harga pangan juga menunjukkan penurunan menjadi 8,14 persen.
Menurut Sri Mulyani, penurunan grafik terhadap inflasi volatile food menimbulkan perkembangan yang cukup positif karena inflasi harga berdampak pada tergerusnya daya beli langsung masyarakat secara luas, terutama masyarakat menengah ke bawah. Selanjutnya, administered price atau komponen yang diatur Pemerintah tetap stabil rendah yaitu sebesar 1,52 persen. Hal ini bisa terjadi karena belum adanya perubahan dalam berbagai harga yang diatur Pemerintah. Sedangkan, inflasi inti sedikit menunjukkan perkembangan ke atas namun tetap berada di bawah level 2 persen, yaitu 1,93 persen.
Menkeu juga menjelaskan bahwa inflasi inti dikontribusikan oleh 680 komoditas atau sekitar 65 persen dari total harga dalam basket konsumen. Sementara, inflasi administered price ada 41 komoditas atau 19,2 persen. Sementara, volatile food ada 126 makanan yang mempengaruhi inflasi dengan bobotnya 15,8 persen. Pihaknya juga menegaskan bahwa ekonomi Indonesia dengan inflasi cenderung rendah relatif dalam kondisi yang stabil dan dalam kondisi pertumbuhan positif 5 persen ini baik, karena menurutnya jarang ada negara yang masih mempertahankan pertumbuhan di atas 3 persen.
Di sisi lain, prospek ekonomi Indonesia jangka pendek tetap terjaga dengan baik. Salah satunya terlihat dari Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) stabil di 125,2, sementara Mandiri Spending Index (MSI) mencatatkan level 45 yang menunjukkan rata-rata yang tetap tinggi dan pertumbuhan yang positif. Indeks penjualan riil juga tumbuh kuat sebesar 4,7 persen. PMI Indonesia juga masih menunjukkan kondisi ekspansif dengan posisi 52,1. Konsumsi listrik untuk bisnis tumbuh 8,6 persen dan industri naik dari zona negatif menjadi positif sebesar 1,8 persen. Fenomena ini merupakan hal positif dari kegiatan ekonomi maupun penerimaan pajak dari sisi PPN yang terlihat adanya dinamika ekonomi yang masih terjaga positif.
Di sisi lain, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk mengatakan bahwa keberhasilan kinerja perekonomian Indonesia sebagian besar terjadi akibat kerangka kebijakan makro-ekonomi Pemerintah yang kuat, yang membantu menarik investasi masuk ke Indonesia. Dalam laporan terbarunya bertajuk Prospek Perekonomian Indonesia, Bank Dunia menyatakan kerangka kebijakan makro-ekonomi yang prudent dan konsisten menjadi landasan keberhasilan kinerja perekonomian Indonesia yang diakui pasar. Bank Dunia juga mempertahankan peringkat investment grade untuk kredit negara, termasuk prospek stabil, sehingga Indonesia berhasil mengatasi guncangan eksternal, menarik investasi, dan mendukung pertumbuhan.
Menurut Carolyn Turk, pentingnya mempertahankan kebijakan makro yang bijaksana, kredibel, dan transparan sekaligus menciptakan ruang fiscal yang memungkinkan pembelanjaan prioritas pada perlindungan sosial serta investasi pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan infrastruktur. Bank Dunia telah memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh dengan stabil pada kecepatan yang juga stabil di tahun-tahun mendatang, didorong oleh peningkatan belanja publik, peningkatan investasi dunia usaha, dan permintaan konsumen yang stabil.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan mencapai rata-rata 5,1 persen per-tahun dari tahun 2024 hingga 2026. Pertumbuhan pada kuartal I tahun ini masih kuat dan melampaui rata-rata pertumbuhan negara-negara berpendapatan menengah. Konsumsi swasta mencapai 57% dari pertumbuhan PDB, mencerminkan kepercayaan konsumen yang didukung oleh menurunnya inflasi produk non-makanan, kenaikan upah pegawai negeri, dan kinerja pelayanan konsumen yang baik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil merupakan hasil dari kombinasi kebijakan yang tepat, potensi pasar domestik yang besar, dan diversifikasi ekonomi. Namun, tantangan seperti ketimpangan ekonomi, ketergantungan pada komoditas, dan tantangan lingkungan perlu terus diatasi. Dengan memanfaatkan peluang digitalisasi, peningkatan infrastruktur, dan kerjasama internasional, Indonesia memiliki prospek yang cerah untuk terus tumbuh dan berkembang.
Pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan harus menjadi fokus utama agar semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil ini. Lebih lanjut, dengan strategi yang tepat guna maka perekonomian Indonesia diharapkan mampu menjaga laju agar tetap kokoh berakar pada stabilitas, kualitas, dan berkelanjutan.
)* Penulis adalah Pengamat Ekonomi Nusa Bangsa Institute.