Hilirisasi Berperan Penting Dorong Pemerataan Ekonomi Berkeadilan
JAKARTA — Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto tengah gencar mengakselerasi hilirisasi sumber daya alam (SDA) sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan dan pemerataan ekonomi berkeadilan.
Langkah tersebut tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas domestik, tetapi juga untuk memastikan setiap daerah memperoleh manfaat optimal dari kekayaan alam yang ada.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2028-2029 sangat mungkin dicapai dengan hilirisasi SDA.
Ia menegaskan bahwa sektor-sektor strategis seperti industri pengolahan, pariwisata, ekonomi digital, hingga transisi energi harus didorong untuk mencapai target tersebut.
“Bapak Presiden meminta kita tumbuh 8 persen. Ini memungkinkan karena kita pernah mencapai pertumbuhan serupa di masa lalu. Maka, sektor hilirisasi, ekonomi digital, hingga green energy akan menjadi fokus utama,” ujar Airlangga.
Data terbaru juga menunjukkan bahwa hilirisasi telah memberikan dampak signifikan, terutama di provinsi Papua Barat dan Sulawesi Tengah yang mencatat pertumbuhan tertinggi pada Triwulan III-2024.
Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno turut menyoroti pentingnya hilirisasi nikel berkelanjutan sebagai salah satu fokus utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut.
Menurut Eddy, Indonesia sebagai produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar dunia harus mampu menjalankan hilirisasi berkelanjutan untuk mempertahankan daya saing global.
“Hilirisasi nikel menjadi fokus utama, dan tantangannya adalah memastikan pemerintah melaksanakan hilirisasi nikel secara berkelanjutan,” katanya.
Langkah tersebut diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kontribusi ekonomi daerah penghasil nikel.
Sejalan dengan program Asta Cita pemerintah, Direktur Eksekutif Komaidi Notonegoro menjelaskan bahwa hilirisasi SDA tidak hanya mendukung ketahanan ekonomi, tetapi juga ketahanan energi.
Menurut Komaidi, peningkatan 1% pada pertumbuhan ekonomi memerlukan dukungan energi sekitar 1,5 kali lipat.
“Struktur industri seperti MIND ID sangat strategis karena membawahi perusahaan tambang nasional utama. Hilirisasi tidak hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga menyediakan bahan baku untuk industri lain,” jelasnya.
Komaidi mengimbau agar proses hilirisasi tidak berhenti pada tahap awal, melainkan dilanjutkan hingga tercipta industrialisasi yang berkelanjutan.
Kebijakan hilirisasi di era Presiden RI kedelapan tersebut membawa dampak positif yang luas.
Diharapkan, melalui upaya ini, pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dapat tercapai, menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat dan meratakan hasil pembangunan di seluruh pelosok negeri. (*)